Kalau kita ngomongin talenta muda yang sempat dianggap sebagai calon megabintang Premier League, Mason Greenwood pasti masuk daftar. Tapi kisahnya nggak sesederhana itu. Greenwood adalah contoh brutal gimana karier sepak bola bisa naik super cepat—dan juga jatuh dalam sekejap, bukan karena skill, tapi karena masalah di luar lapangan.
Dari “next big thing” di Manchester United, jadi pemain yang dibekukan dan akhirnya “diparkir” di liga Spanyol, Greenwood adalah bukti bahwa dalam sepak bola modern, lo nggak cuma butuh teknik tinggi, tapi juga karakter dan kontrol diri.

Awal Karier: Anak Ajaib dari Akademi United
Greenwood lahir di Bradford, Inggris, pada 1 Oktober 2001. Dia gabung akademi Manchester United sejak kecil, dan dari awal udah kelihatan: ini anak beda kelas. Teknik kaki kiri-nya halus banget, tapi uniknya, dia juga jago banget pakai kaki kanan. Bisa finishing dua kaki sama bagusnya? Itu langka.
Dia mulai menarik perhatian fans saat tampil di tim muda MU, sering banget cetak gol-gol absurd dari luar kotak penalti. Pada 2019, di usia 17, dia langsung debut di tim utama. Ole Gunnar Solskjær saat itu bahkan bilang:
“He’s the best finisher we have, full stop.”
Dan itu bukan sekadar pujian kosong. Greenwood langsung masuk skuad reguler musim 2019/20, dan nyetak 17 gol di semua kompetisi. Semua orang langsung yakin: ini bakal jadi striker masa depan Manchester United dan Inggris.
Gaya Main: Natural Finisher dengan Dua Kaki
Greenwood punya gaya main yang tajam banget. Dia bukan target man, tapi juga bukan winger murni. Bisa dibilang dia itu hybrid forward—main dari kanan, cut inside, dan siap tembak. Tapi dia juga bisa ditaruh di tengah buat jadi goal poacher.
Yang paling bikin dia spesial? Finishing klinis dengan dua kaki. Kiri atau kanan, sama aja. Lo gak bisa tebak dia mau tembak ke arah mana. Dan dia juga jago cari ruang, positioning-nya udah dewasa banget sejak muda. Ditambah pace-nya oke, control bola rapi—dia punya paket lengkap buat jadi top forward.
Kontroversi: Kasus Hukum yang Hancurkan Kariernya Sementara
Semua hype itu runtuh di awal 2022, ketika Greenwood ditangkap polisi atas tuduhan penyerangan dan pelecehan seksual, setelah muncul bukti berupa rekaman suara dan foto-foto yang viral di media sosial.
Akibatnya, Manchester United langsung membekukan dia dari tim utama, sponsor seperti Nike memutus kontrak, dan dia dikeluarkan dari semua aktivitas sepak bola resmi. Bahkan EA Sports mencopot dia dari FIFA.
Meski pada akhirnya kasus hukumnya dihentikan karena saksi kunci mundur dan bukti baru muncul, citra Greenwood sudah terlanjur hancur. MU tetap gak langsung balikin dia ke skuad. Mereka bilang bakal lakukan “internal review.”
Pindah ke Getafe: Reboot di Negeri Matador
Setelah lebih dari setahun tanpa bermain, MU akhirnya memutuskan meminjamkan Greenwood ke Getafe (La Liga) pada awal musim 2023/24. Keputusan ini menuai pro-kontra, tapi secara teknis, Greenwood langsung adaptif. Di Getafe, dia dapet kepercayaan penuh, jadi starter, dan tampil konsisten.
Dia mencetak 10 gol lebih di semua kompetisi, dan bantu Getafe bertahan di papan tengah. Banyak fans Spanyol kaget—mereka bilang, “Lho, ini pemain buangan? Mainnya elite.”
Dan bener, skill Greenwood emang gak pernah hilang. Tapi bayang-bayang masa lalunya terus nempel, terutama di Inggris. Media Inggris masih sensitif, dan MU pun terus nunda keputusan final soal masa depannya.
Masa Depan: Balik ke MU, Dijual, atau Lanjut di Luar Negeri?
Di akhir musim 2024/25, status Greenwood masih belum jelas. MU punya opsi ambil dia balik, tapi secara reputasi, itu langkah yang rumit. Sebagian fans masih marah, sebagian lagi udah move on. Sementara klub-klub Eropa lain mulai lirik dia—termasuk dari Italia dan Spanyol.
Getafe sendiri pengen lanjut bareng dia, dan beberapa laporan bilang klub La Liga lain juga tertarik. Tapi intinya: Greenwood masih muda, baru 23 tahun, dan secara skill, dia masih layak main di klub top. Masalahnya sekarang bukan soal kaki, tapi soal nama dan persepsi publik.
Timnas Inggris? Hampir Mustahil untuk Sekarang
Greenwood pernah debut buat timnas Inggris tahun 2020. Tapi setelah kasusnya, dia gak pernah dipanggil lagi. Dan dengan stok penyerang Inggris yang makin gila (Rashford, Foden, Saka, Palmer, dll.), peluang dia masuk lagi ke skuad Gareth Southgate nyaris nol—setidaknya dalam waktu dekat.
Bukan cuma soal performa, tapi citra. FA Inggris dan Southgate terkenal pilih aman. Jadi kalau Greenwood mau balik ke level timnas, dia harus tampil luar biasa konsisten selama beberapa musim, plus bener-bener bersih dari kontroversi.
Kesimpulan
Mason Greenwood adalah kisah tragis di sepak bola modern—talenta kelas dunia, tapi kariernya nyaris tamat karena keputusan pribadi di luar lapangan. Dia buktiin kalau skill doang gak cukup. Reputasi dan karakter juga punya nilai sama besar.
Sekarang dia lagi coba bangkit di Spanyol. Apakah dia bisa bersinar lagi di panggung besar? Bisa banget. Tapi satu kesalahan lagi, dan itu bisa jadi akhir dari semuanya.